Selamat Datang di Blog Gue ... Selamat Menikmati Cerita - Cerita Gue ..... Ini Ceritaku ... Mana Ceritamu ...

26 Des 2013

Sebuah Pengakuan dari Seorang Penerima Beasiswa

Cerita ini saya cuplik dari salah satu tulisan saudari Andi Sri Wahyuni Handayani di Kompasiana ... Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua ... Selamat membaca ....

Kenalkan! Nama saya Andis. Saya melanjutkan kuliah di sebuah universitas yang ada di Jawa pada jurusan yang linear sewaktu menempuh S1 di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Saya sedang mengikuti sebuah program beasiswa Calon Dosen yang diselenggarakan oleh DIKTI, yang bekerjasama dengan Universitas Diponegoro sebagai pelaksana program.
Magister Sains Akuntansi Undip adalah satu dari empat universitas di Indonesia yang memiliki jurusan Magister Akuntansi dengan tingkat akreditasi A. Itulah kenapa Undip dipilih oleh DIKTI untuk bekerjasama menyekolahkan calon-calon pengajar yang akan ditempatkan sesuai “kemauan” DIKTI kelak.
Sekira, sudah empat bulan saya di sini. Seperti kebiasaan proses pencairan beasiswa dalam negeri, biasanya mulai dicairkan pada bulan Desember. Saya sudah tahu konsekuensinya, biaya kuliah dan biaya hidup ditanggung oleh orang tua selama masa penantian pencairan itu. Tapi tetap saja, saya banyak mengeluh, tidak sabaran, dan rajin bertanya, “kapan cairnya?” Padahal sudah jelas, cairnya Desember.
Masa penantian selama empat bulan itu, membuat saya harus mengirit uang jajan sedemikian rupa. Kadang, ketika melewati penjual jajan, saya harus menelan ludah untuk melewatinya begitu saja. Saya suka jajan seperti kebiasaan anak-anak, apalagi yang namanya cokelat. Ya ampun, saya pernah merasa “sakit” karena begitu lamanya tidak makan cokelat di sini.
Pernah, karena terlalu berat meminta kepada orang tua, saya mengajak teman untuk berdagang ke Pasar Minggu Tiban. Dengan tekad membara, kami berangkat di Subuh buta untuk berjualan batik. Batik-batik tersebut adalah jualan bapak teman saya ini. Dan hasilnya, alhamdulillah, lakunya satu buah. Ya, satu buah saja. Paling tidak, cukup untuk membayar retribusi pasar dan membeli sebuah es krim.
Dari kejadian itu, saya mengaku kalah. Saya sudah tidak berbakat di dunia bisnis. Darah Bugis yang kata orang mengalir jiwa pedagang di dalamnya, sepertinya mengalir meninggalkan darah saya, entah ke mana. Padahal keluarga besar saya rata-rata pedagang.
Lalu, mengikuti saran seorang teman, saya sebaiknya lebih giat mengirim tulisan saja ke surat kabar. Upah untuk sebuah artikel memang lumayan untuk kantong mahasiswa. Akhirnya, dengan masih memiliki semangat yang sama, saya pun rajin membaca berita di surat kabar lokal. Surat kabar itu tidak saya beli tentunya. Saya membaca gratis di warung tempat membeli lauk. Saya memaanfaatkan uang Rp 2.000 untuk dua hal. Saya membeli satu tempe dan satu tahu, sembari membaca surat kabar yang disediakan pemilik warung tiap pagi. Sambil menyelam minum air. Dari isu-isu yang saya dapatkan di surat kabar itu, saya kemudian menulis artikel.
Setelah menulis beberapa artikel, saya mencoba mengirimnya ke surat kabar lokal yang sama saya baca beritanya tiap pagi. Apa hasilnya? Saya tidak tahu, tulisan itu sampai atau tidak ke alamat surel yang saya kirimkan, karena rajin sekali pemberitahuan pesan gagal masuk di email saya. Yang jelasnya, tidak ada hasil. Tulisan saya tidak membuat perut saya terisi.
Saya akhirnya mengirimkan satu dari tulisan-tulisan tersebut kepada seorang teman yang menurut saya cukup idealis dan mapan dalam menganilasa tulisan. Tahukah apa komentarnya?
“Saya tidak tertarik dengan tulisan yang satu ini. Terlalu besar wacananya, persis seperti penulis di koran-koran. Saya lebih suka tulisan yang tidak meneropong terlalu jauh. Tapi mengangkat cerita-cerita kecil yang berasal dari orang yang berjiwa besar.”
Teman saya ini tidak tahu, bahwa memang tulisan tersebut saya targetkan untuk pembaca koran. Tapi kemudian saya menyadari, apakah rupiah telah menuntun jenis tulisan saya sedemikian rupa?
Saya catat baik-baik komentar tersebut di tempat di mana saya bisa membacanya dengan mudah. Saya malu sendiri. Saya telah pragmatis. Saya telah merusak tulisan-tulisan saya sendiri.
Saya menjadi sadar akan satu hal, pada kondisi terjepit dan kelaparan, rupanya orang-orang sangat berpotensi menanggalkan idealismenya. Maka mulai saat itu, saya berjanji berhenti menulis untuk alasan perut semata.
Tapi ini tidak menyelesaikan masalah saya tentang kantong yang semakin menipis sementara uang kos bulanan harus dibayarkan. Pernah malah, karena terlambat membayar tiga hari uang sewa kos, bapak kos saya bertanya, “Kamu masuknya tanggal berapa ya?” (Baca: kok telat bayarnya?)
Sebenarnya saya punya pilihan lain. Kalau saya mau, saya bisa saja meminjam uang kepada teman. Pernah bahkan ada yang sampai menawari. Tapi, duh, untuk urusan utang-piutang saya selalu merasa berat. Kenapa? Saya selalu dihantui pikiran, bagaimana kalau saya meninggal besok? Sementara tidak ada yang tahu utang itu, dan si pemberi utang malu menagih kepada keluarga saya padahal sebenarnya ia pun membutuhkannya.
Tapi kemudian, di saat yang paling sulit, saat di dompet saya hanya tersisa uang koin saja dan saya masih saja berat meminta pada orang tua, saat itu pertolongan-Nya datang. Dia memang Maha Tahu, Maha Mengerti. Beberapa kali rejeki datang dari arah yang tidak kusangka. Demi untuk menjaga kesyukuran itu, saya tidak akan menuliskannya di sini, dari mana rejeki itu. Jelasnya, beberapa kali saya sangat terbantu dengan rejeki kecil-kecilan. Meski, untuk jumlah pembayaran yang besar seperti pembelian buku dan tiket pesawat pulang kampung, tetap saja uangnya mengalir dari rekening orang tua.
Maka, masa-masa menahan diri untuk tidak menyicipi kue donat kesukaanku. Masa-masa menahan diri saat berjalan-jalan di toko buku, hanya bisa membaca di tempat. Masa-masa menghabiskan lauk berupa ikan kering yang dibuatkan mama dan mampu bertahan selama sebulan. Masa-masa itu semua pun terlewati. Beasiswa akhirnya cair.
Saat beasiswa cair, hal pertama yang saya pikirkan adalah mengganti uang kedua orang tua yang sudah saya gunakan untuk membayar biaya kuliah yang jumlahnya mencapai puluhan juta. Hal kedua yang terlintas adalah membeli tiket pulang kampung, sebab kebetulan ada libur lima hari berturut-turut. Bahkan, kalau saya mau kompromi dengan bolos dua hari kuliah yang dijepit oleh Hari Raya Natal dan Tahun Baru, masa libur saya menjadi delapan hari. Hal ketiga yang saya pikirkan adalah menyicipi kue donat kesukaan saya.
Dari ketiganya, yang pertama kali saya realisasikan adalah membeli donat. Sudah empat bulan tidak makan donat, maka saya membayar kesabaran itu dengan membeli dua buah. Harga donatnya terbilang cukup mahal bagi saya, Rp 8500 per buah. Tapi, tidak apa, kata saya membujuk diri. Ini hadiah untuk yang sudah berpuasa donat begitu lama.
Lalu, hari ini, sehari setelah pencairan dana tersebut. Setelah saya memakan donat semalam, tiba-tiba saya seperti dibangunkan dari sebuah mimpi buruk. Tiba-tiba saya tersentak dengan sebuah ingatan, bahwa uang yang saya gunakan semalam untuk membeli donat adalah uang negara.
Saya di sini karena dibiayai negara dengan cairnya uang tersebut. Itu berarti, uang petani, uang tukang becak, uang tukang parkir, uang buruh bangunan yang dikumpulkan dalam bentuk pajak, mengalir ke rekening saya. Dan duh, dengan egoisnya, saat saya menerima uang tersebut, saya malah memikirkan kepentingan diri sendiri, kesenangan diri sendiri. Saya bahkan sempat terpikir untuk bolos pulang kampung, meninggalkan kelas yang sudah dibiayai mahal oleh negara?
Barangkali ada yang berpikiran, “lah kan beasiswa itu memang termasuk biaya hidup? Apa salahnya sesekali menggunakannya untuk menyenangkan diri sendiri?” Iya, termasuk biaya hidup. Tapi biaya hidup apa yang dimaksud? Untuk bersenang-senangkah?
Saya teringat, betapa dulu di S1 saya tidak menyetujui perilaku mereka yang menerima beasiswa dari kampus tapi malah menggunakan beasiswa itu untuk membeli HP merek terbaru, membeli pakaian di mall-mall, membeli tiket menonton bioskop, membeli tiket liburan dan rekreasi. Kira-kira jika rakyat yang membayar pajak, terlebih rakyat kecil, tahu bahwa uang mereka digunakan untuk bersenang-senang di atas jerih payah mereka, ikhlas kah mereka? Berberkah kah sesuatu yang digunakan tapi si pemberi tidak ikhlas? Lalu, di mana pula telah kutanggalkan pemahaman dan keyakinan yang seperti ini? yang dulu menggunakan beasiswa untuk buku-buku dan membayar SPP? Tercecer di manakah kesadaran untuk berhati-hati menggunakan uang beasiswa?
Dan saya pun bertanya, benarkah saya di sini untuk kepentingan orang-orang kecil itu? Dengan keinginan-keinginan untuk menyenangkan diri sendiri, tidakkah secara tidak langsung saya juga korupsi terhadap uang rakyat? Bukankah para pejabat itu divonis sebagai tersangka karena menggunakan uang rakyat tidak untuk kepentingan rakyat, tapi kepentingan diri sendiri? Lalu, apa bedanya saya yang semalam bersenang-senang membeli donat dengan uang rakyat, dengan mereka yang saya gaungkan sebagai orang-orang tak berpikemanusiaan? Miris, saya yang katanya ingin memperjuangkan kaum kecil seperti petani, justru menggunakan hasil keringat mereka untuk kepentingan pribadi. Naif.
Terkadang, saya bahkan bermalas-malasan belajar. Saya mengerjakan tugas tidak semangat. Saya mengeluh. Saya banyak tidur. Saya sering tidak fokus di dalam kelas saat dosen menjelaskan. Saya kurang menyiapkan diri saat akan presentasi di kelas. Saya tidak membaca lebih banyak jurnal, yang sudah disedikan gratis di kampus. Saya tidak menggunakan kesempatan ini, sebagaimana mestinya.
Dan lebih berat bagi saya untuk memikirkan ini. Pertanggungjawaban kepada-Nya. Bagaimana harus saya pertanggungjawabkan, kesempatan yang sudah Dia berikan ini? Ada banyak orang yang menginginkan ini. Lantas mengapa saya tidak menghargainya dengan belajar lebih giat, menempa diri, membekali diri dengan pengetahuan untuk kemudian dibagi.
Dan saya pun mulai merutuki diri yang belakangan hanya menulis kalau mau saja. Menulis ogah-ogahan. Sementara, bukankah menulis adalah salah satu jalan untuk membagi pengetahuan? Bukankah dengan menulis, saya bisa sedikit mencicil pertanggungjawaban saya kepada mereka yang sudah saya gunakan uangnya dalam bentuk beasiswa dengan membagi ilmu yang sudah saya dapatkan di bangku kuliah?
Saya mengurut dada, merasa begitu bersalah. Semoga hanya saya penerima beasiswa yang pernah berpikir menggunakan uang beasiswa untuk kepentingan pribadi. Cukup saya.
Dan baiklah. Mari mulai kembali untuk instrospeksi diri dan melakukan hal yang lebih bermanfaat!
Semoga dimudahkan… Aamiin

Semarang, 25 Desember 2013

Sumber Kompasiana

21 Des 2013

Saatnya Kita Beli Indonesia !!! ....

Sebagaimana kita ketahui semua ... saat ini telah banyak aset2 vital INDONESIA yang telah berpindah tangan ke perusahaan2 asing. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan kita semua untuk membiayai dan mengelola aset-aset tersebut. Mulai dari kepemilikan tambang hingga aset2 strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak ... telah dikuasai oleh perusahaan asing. Dengan kata lain, kita telah menggadaikan sebagian kekayaan negeri ini kepada orang2 yang notabene tidak berhak atas aset2 tersebut. Apabila kita semua mengetahui dan memahami hal ini, tentulah hal ini akan menimbulkan keprihatinan kita semua.

Berangkat dari keprihatinan inilah .... adalah seorang YUSUF MANSYUR, seorang ustad yang terkenal dengan tagline sedekahnya mencoba berusaha mengembalikan aset2 tersebut ke tangan kita semua. Banyak hal yang telah beliau lakukan untuk mengembalikan aset2 tersebut. Mulai dari PATUNGAN USAHA, yang mengelola dana investasi yang berasal umat untuk digunakan untuk membeli kembali aset2 tersebut hingga usaha2 lainnya yang dilakukan oleh SANG USTAD.

Salah satu produk TERBARU yang saat ini sedang beliau kenalkan ke publik adalah produk jasa yang dapat membantu melayani pembayaran multipayment di bawah bendera PT. Veritera Sentosa Internasional. Produk jasa ini dikenalkan oleh SANG USTAD, sebagai buah keprihatinan beliau karena adanya monopoli segelintir pihak yang menguasai usaha ini. Sebagaimana kita ketahui semua, saat ini telah banyak loket2 pembayaran multipayment yang tersebar di seantero Indonesia. Yang disayangkan oleh SANG USTAD ... keuntungan dari usaha ini hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. SANG USTAD berharap, dengan beliau mengeluarkan produk jasa ini .... keuntungan yang diperoleh dari usaha ini akan dapat dinikmati oleh seluruh umat.

Ingin mengetahui lebih dalam tentang produk ini .... silahkan KLIK LINK VERITERA SENTOSA INTERNASIONAL ..... ato KLIK SAJA ICON BERGAMBAR SANG USTAD di blog ini.

BISMILLAH ... SEMOGA DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN BAROKAH ... Aamien ....

20 Des 2013

Sugeng Milad Mom .... We Luv U ...

Hari ini ... 69 tahun yang lalu ato tepatnya 20 Desember 1945 ... terlahir seorang bayi perempuan di sebuah kota kecil di Jawa Tengah ... BLORA ... Yups ... dialah nyokap gw. Nyokap terlahir dari ibu seorang ibu rumah tangga biasa dan bapak seorang guru desa. Sebagaimana yang diceritakan oleh nyokap gw ... saat beliau dilahirkan ... adalah masa2 sulit setelah INDONESIA MERDEKA ... sebuah masa dimana bangsa ini sedang dalam masa TRANSISI dari negara yang dulunya TERJAJAH menjadi BANGSA YANG MERDEKA.. Nyokap gw adalah anak ketiga dari lima bersaudara ... tiga laki2 dan dua perempuan, dimana nyokap adalah salah satunya.

Memahami perjalanan hidup nyokap gw ... ibarat kata kita semua akan dapat mengetahui warna warni kehidupan. Banyak peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan nyokap gw .... yang dapat gw katakan itu adalah SESUATU YANG HEBAT ... Tidak semua orang akan dapat menghadapi sebagaimana yang nyokap gw hadapi. Perjalanan kehidupan nyokap gw tidaklah semulus paha cherrybell ... banyak kerikil2 tajam yang harus dihadapi dalam perjalanan hidup beliau. Awal perjalanan yang cukup berat adalah ketika bokap tiada. Meninggalnya bokap gw ... menjadikan nyokap gw harus menyandang status sebagai SINGLE PARENTS pada usia muda. Bokap gw meninggal ketika usia gw belum genap 2 tahun dan kakak gw yang tertua belumlah genap 6 tahun. Semua dapat membayangkan ... bagaimana nyokap gw harus berjuang untuk menghidupi ketiga anaknya. Menghidupi tidak hanya sekadar untuk memberi makan .... tetapi juga harus berpikir bagaimana membiayai pendidikan ketiga anaknya kelak.

Masih teringat jelas di kepala gw ... bagaimana KERJA KERAS nyokap gw untuk bertahan hidup dan menghidupi ketiga anaknya ... Demi untuk mencukupi biaya kehidupan keluarganya ... nyokap gw rela untuk bersusah payah mencari usaha sampingan dengan berjualan makanan. Pagi2 buta nyokap gw harus sudah mempersiapkan makanan yang akan dijadikan barang dagangannya. Saat nyokap gw berangkat kerja, beliau membawa barang dagangannya untuk dititipkan di koperasi dimana nyokap gw bekerja. Selepas nyokap gw pulang dari kantornya ... tidaklah kemudian nyokap gw dapat beristirahat sebagaimana orang2 laen yang selayaknya. Selepas pulang kerja dari kantor ... nyokap gw segera meluncur ke pasar untuk membeli bahan2 mentah yang akan dijadikan sebagai bahan untuk dagangan keesokan harinya. Setelah usai membeli bahan mentah yang akan dijadikan sebagai barang dagangan ... nyokap gw dapat sedikit beristirahat ... tapi waktu isttirahat nyokap gw tidaklah terlalu lama ... ketika semua orang mulai beranjak tidur ... nyokap barusan memulai aktivitasnya di dapur yang menjadi kebanggannya ... nyokap mempersiapkan seluruh bahan yang akan dimasak keesokan harinya ....

Terkadang ketika gw mengingat perjuangan hidup nyokap gw ... tersirat KEBANGGAAN di dalam hati gw. Tidak pernah terucap keluhan dari bibir nyokap gw ketika menjalani itu semua. Yang ada di dalam benak nyokap gw ... bagaimana caranya belia dapat menghidupi ketiga anaknya tanpa menyusahkan siapapun .. Ingin rasanya gw membalas segala kebaikan nyokap gw ... tapi apa yang telah gw lakukan kepada nyokap ... belumlah seberapa dibandingkan dengan apa yang beliau berikan kepada kami semua anak2nya ....

WE LUV U MOM .... I'M PROUD WITH YOU ...

19 Des 2013

Memulai Bisnis Bersama Pak Ustad

Setiap orang pasti sudah kenal ustad yang satu ini. Yups ... Ustad Yusuf Mansyur ato biasa dikenal dengan ustad YM adalah salah satu ustad yang memiliki banyak jamaah di Indonesia. Orang2 mengenal beliau sebagai "Ustad Shadaqah" .... Yups ... dalam setiap ceramah yang beliau lakukan selalu diselipkan dengan pesan untuk kita semua bersadaqah ... Beliau berkata ... bahwa dengan kita rajin bersadaqah ... INSYA ALLAH akan dapat dijadikan sebagai PEMBUKA PINTU RIZQI kita semua... Hmmm ... apabila kita mencerna itu semua ... memang benar semua adanya ... SADAQAH dapat dijadkikan sebagai PEMBUKA PINTU RIZQI kita semua. Bbahkan di dalam ALQUR'AN pun juga diterangkan ..... " Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti dengan sebiji / sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai (bulir), pada tiap-tiap tangkai  pula ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Surah Al Baqarah Ayat 261". Dari ayat itu akan kita ketahui .... dengan kita semua bersadaqah ... INSYA ALLAH akan dilipatgandakan RIZQI yang kita terima ....

Kembali ke pak ustad, disamping dikenal sebagai seorang mubalig ... Ustad Yusuf Mansyur juga dikenal sebagai seorang entrepreneur ... telah banyak jenis usaha yang dihasilkan oleh beliau ... Dalam menjalankan usahanya ... beliau tidak pernah lepas dari konsep yang selama ini dijalankannya .... yaitu konsep SADAQAH .... dan dalam menjalankan usahanya ... beliau selalu menekankan kepada kemaslahatan umat .... Ada sebuah niat luhur dari beliau dalam mengembangkan usaha yang dijalankannya .... beliau menginginkan ..... apa yang dijalankannya dapat memberikan KEMAKMURAN untuk UMAT ...

Salah satu usaha terakhir yang sedang beliau jalankan adalah usaha pembayaran multipayment dengan menggunakan konsep multi level marketing. Beliau mengendalikan usaha ini dibawah bendera PT Veritera Sentosa Internasional. Orang2 mengenal usaha ini dengan nama VSI. VSI adalah sebuah salah satu bentuk usaha pembayaran multipayment atau orang lebih mengenalnya dengan PPOB (Payment Point Online Bank). PPOB atau Payment Point Online Bank adalah istilah yang sering digunakan oleh penyedia jasa pembayaran secara online terhubung dengan internet yang menggunakan jasa bank. Selain fungsi utama sebagai tempat penyimpanan uang/tabungann dan menyalurkan dana kredit, bank juga melayani pembayaran tagihan PLN, Telkom, Air PDAM, Leasing, dan sebagainya. Sekarang ini layanan PPOB dapat dengan mudah ditemukan di setiap daerah. Bisnis loket PPOB memberi kemudahan kepada para pelanggan (customer) untuk membayar tagihan, biaya langganan, atau kewajiban-kewajiban lainnya tanpa harus jauh-jauh pergi ke perusahaan terkait.

Meskipun telah sangat mengefisienkan proses pembayaran, trend bisnis loket PPOB semakin lama akan semakin tergantikan oleh sistem POP (Personal Online Payment) dimana pelanggan tidak perlu lagi keluar rumah untuk membayarkan kewajibannya. Pembayaran dapat diselesaikan hanya melalui handphone miliknya. Dengan mengggunakan konsep tersebut, maka VSI menciptakan sebuah software yang bernama Veritera Pay atau dikenal dengan nama V-PAY.  Dengan Veritra Pay ini para mitra cukup menjalankan aplikasi V-PAY dan memilih menu pembayaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Tidak hanya terbatas pada pembayaran kewajiban pribadi, pelanggan juga bisa membayarkan tagihan orang lain. Dengan kata lain Veritra Pay bisa menjadi alat bisnis yang canggih untuk para mitra V-PAY.

Dalam usaha yang dijalankan oleh Ustad Yusuf Mansyur ini, kemudian dikembangkan dengan konsep sistem jejaring atau komunitas. Dimana para mitra VSI dapat merekrut orang lain untuk dijadikan sebagai mitra dalam mengembangkan usaha ini. Dari usaha merekrut inilah para mitra VSI akan mendapatkan REWARD berupa CASHBACK dalam bentuk UANG TUNAI dan DEPOSIT yang dapat digunakan untuk menjalankan TRANSAKSI PEMBAYARAN MULTIPAYMENT tersebut. Jadi dapat dikatakan .... semua mitra akan mendapatkan manfaat dari usaha ini. Kalaupun kita tidak merekrut orang untuk menjadi MITRA .... kita akan dapat tetap menjalankan usaha ini dengan mengembangkan bisnis pembayaran multipayment. Intinya .... semua dikembalikan kepada para mitra VSI itu sendiri .... Semakin kita aktif dalam menjalankan usaha ... maka akan semakin besar REWARD yang dapat kita terima.

Awal mula ketika gw dikenalkan dengan bisnis ini .... gw tidaklah terlau tertarik ... Seperti kita ketahui semua ... sudah banyak bisnis yang berbasis jejaring yang pada akhirnya tidak banyak memberikan manfaat bagi para pelakunya .... Tetapi setelah mempelajari lebih mendalam konsep bisnis yang diterapkan oleh pak Ustad .... saya menjadi YAKIN ... INSYA ALLAH usaha ini akan terus bertumbuh dan berkembang menjadi besar. Terlebih lagi apabila kita semua memahami NIAT LUHUR dari pak ustad yang ingin  memberdayakan umat. Kalo tidak KITA yang memulai .... SIAPA LAGI yang akan MEMULAI ..... INSYA ALLAH BERKAH ..... SESUATU YANG BAIK TENTUNYA AKAN BERBUAH MENJADI KEBAIKAN .......

Ngeblog With Mas Endhar © 2008 Por *Templates para Você*